top of page

Tentang Duns Scotus

Featured Review
Tag Cloud
No tags yet.
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.

SEKILAS TENTANG BEATO YOHANES DUNS SCOTUS, OFM

(1266—1308)

 

BIOGRAFI

Yohanes Duns Scotus adalah salah seorang teolog skolastik yang  terkenal. Pemikiran-pemikirannya yang kritis dan tajam telah memberikan sumbangan besar kepada Gereja. Yohanes lahir pada 1266 di Skotlandia dalam sebuah keluarga  Katolik yang berdarah Irlandia.  Nama ‘Duns Scotus' diperolehnya karena “Duns” merupakan nama desa tempat tinggalnya yang terletak di perbatasan Inggris dan Skotlandia dan “Scotus” merupakan sebuah kata Latin yang berarti orang Skotlandia.  Ia kemudian dipanggil dengan nama Yohanes Duns Scotus.

Scotus menerima pendidikan awal dari pamannya yang adalah seorang Fransiskan, yaitu Elias Duns di sebuah biara Fransiskan di Dumfries.  Ia mengenakan jubah Fransiskan pada tahun 1279/1280 dan ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 17 Maret 1291. Ia melanjutkan pendidikannya di Paris dan Oxford selama 8 tahun.  Hidupnya diabdikan dengan mengajar di beberapa  universitas, seperti  Cambridge,  Oxford, dan Paris.  Pada tahun 1303 terjadi perselisihan antara raja Prancis, Philip IV dan Paus Bonifasius VIII. Kepiawaian Scotus untuk memetakan seluruh bidang teologi sistematik  dalam cara yang baru dan kreatif membuat pihak universitas menaruh rasa curiga yang mendalam atas ajaran-ajarannya.  Scotus memihak Paus yang dibelanya mati-matian dan ia harus menerima konsekuensi diusir dari Prancis. Ia pun kembali ke Inggris dan mengajar di Oxford selama 3 rahun (1303—1306). Scotus menjadi seorang teolog terkenal dengan julukan Doctor Subtilis karena pemikirannya yang halus dan tajam dalam membedakan antara filsafat, sains, dan teologi. Berbagai buah pemikirannya tersebar di seluruh Inggris dan banyak orang datang kepadanya untuk menerima pengajaran. Tiga pemikirannya yang terkenal adalah hubungan antara akal dan kehendak, Kristologi, dan ajaran Maria dikandung tanpa noda dosa. 

Scotus juga menulis beberapa karya besar dalam bidang sistematika, yaitu Ordinatio, Lectura, dan Quodibleta. Ada beberapa karyanya yang merupakan komentar atas karya filsafat Aristoteles, yaitu Questiones Subtilissimae in Metaphysicam Aristotelis, Questionis in Libros Aristotelis, De Anima, Theoremata, Isagoge dari Porphiros, dan Predicamenta. Salah satu karya Scotus yang terkenal untuk menunjukkan eksistensi Allah dari perspektif filosofis adalah De Primo Principio (Prinsip Pertama).

Pada tahun 1307, Scotus dikirim ke Köln, Jerman.  Ia meninggal di sana pada tanggal 8 November 1308 di Gereja para Saudara Dina. Scotus sangat dihormati dan banyak orang datang berkunjung ke makamnya. Di atas batu nisannya tertulis, ”Scotia me genuit, Anglia me suscepit, Gallia me docuit, et Colonia me tenet”. Ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 20 Maret 1993.

 

PEMIKIRAN

Scotus memiliki pendirian bahwa akal budi manusia sama sekali tidak bisa mengenal Allah seturut kemampuannya sendiri dan karenanya setiap “teologi kodrati” yang bersandar pada analogi keberadaan benar-benar mustahil menjelaskan Allah. Satu-satunya Teolog sejati adalah Allah karena hanya Allah sendiri yang mengetahui diri-Nya. Manusia berteologi karena mereka hanya bisa melakukannya dengan merefleksikan apa yang telah Allah berikan dalam wahyu. Scotus mengkritik lima pembuktian eksistensi Allah yang dikemukakan oleh Thomas Aquinas. Scotus menegaskan bahwa banyak hal dalam teologi yang tidak dapat dibuktikan secara filosofis. Allah memberikan wahyu didasarkan pada kehendak-Nya dan dengan demikian Allah dapat dan bebas untuk melakuakn hanya apa yang Dia kehendaki.  

Scotus juga menyatakan bahwa inkarnasi bukanlah terutama suatu keniscayaan demi memulihkan kehormatan ilahi yang ternistakan. Inkarnasi merupakan tindakan tertinggi dari inisiatif, kebebasan, pewahyuan diri, bahkan kehadiran Allah sendiri. Allah menghendaki untuk menjadi manusia sejak awal penciptaan dan akan melakukannya bahkan jika manusia tidak berdosa. Dosa bukanlah alasan bagi inkarnasi. Scotus berpendapat bahwa karena Allah menghendaki bahwa putra-Nya menjadi awal dan akhir semua ciptaan. Kristus datang untuk melengkapi manusia dengan hidup dan cinta dalam persatuan yang sempurna dengan Allah.

Pemikirannya yang ketiga adalah dukungannya terhadap doktrin Maria dikandung tanpa noda dosa.  Doktrin ini mengajarkan bahwa Maria dikandung tanpa noda dosa awal walaupun ia dilahirkan manusia. Menurut Scotus, ada beberapa alasan mengapa Maria harus dilindungi dari dosa asal. Pertama, jika Yesus adalah pengantara sempurna antara Bapa dan manusia, maka dibutuhkan satu orang yang langsung dibebaskan dari dosa asal. Orang yang dipilih untuk mengandung dan melahirkan pengantara yang sempurna itu adalah Bunda Maria. Kedua, tidak ada yang dapat mengandung Kristus selain yang sepadan dengan Dia sendiri. Yesus Kristus adalah manusia sama seperti kita. Namun, hal yang membedakan Yesus dengan kita manusia adalah bahwa Yesus tidak berdosa. Seseorang harus dibebaskan dari dosa untuk bisa mengandung dan melahirkan Dia. Ketiga, Maria harus dilindungi dari dosa daripada membiarkannya jatuh ke dalam dosa dan kemudian mengampuninya dari dosa itu. Ajaran mengenai Maria Immaculate Conceptio mulai berkembang dan diterima secara luas di kalangan para teolog sejak akhir abad pertengahan. Mereka pada umumnya menerima pandangan Scotus sebagai ajaran resmi. Pada 1477 Paus Sixtus IV menyatakan bahwa Gereja Katolik meyakini secara resmi ajaran ini dan pada 8 Desember 1854 melalui Bulla Ineffabilis Deus Paus Pius IX menyatakan ajaran ini sebagai dogma. Dogma tentang Maria Immaculatae Conceptio merupakan dogma ketiga tentang Maria.  

We Post For Sharing
bottom of page