Puisi-Puisi Sdr. Yoan Udu, OFM*
TIGA LELAKI CEPAK MASUK KOTA
— Fr. Aldo Foya, cs—
Di pinggir sebuah kota yang lisut, tiga lelaki
Menggigil, terhujani cemooh trotoar, mesin
Pabrik, dan bangunan-bangunan tua.
Sambil memilin-milin surai, mereka merapal
Sekujur nubuat yang paling ditakuti,
“Akan bertebaran berhasta-hasta kecewa
Yang tak sempat dipertuankan di kota ini,
Ngengat yang rakus akan mengisap mereka,
Melekang yang jengkang, melumat yang usang.”
Desir nadi tiga lelaki cepak itu berkecipak
Meraung-raung, lalu tertakhta di puncak kepala.
Dalam kengerian mereka merintih
Dibakar sepi yang hampir mendidih.
Jakarta, 17/11/2016
SEEKOR UNTA MENAKUT-NAKUTI DIRINYA
Seekor unta dari padang Samnia belum berhasil
Memasuki sebuah lubang jarum yang sempit.
Ia lalu menakut-nakuti dirinya dengan sepenggal
Nubuat yang pernah ditemukannya di pusara
Kakeknya, “pedang! pedang! sudah diasah
Dan digosok! Diasah untuk menumpahkan
Darah; Digosok supaya menyala seperti api.”
Paha kanannya ditepuknya sebagai tanda
Perkabungan sebab ia tahu pencobaan
Datang dan tak suatu pun dapat tahan.
Ia memejamkan mata: membatin segala
Yang telah berlalu jauh dari mulutnya.
Ia menangis sejadi-jadinya ketika lagi-lagi
Ia tahu kesempatan itu cuma mampir sekali.
Scotus, 15/11/2015
TANGISAN TERAKHIR SOKRATES
—80 tahun Prof. Dr. Magnis Suseno, SJ—
Akulah Sokrates: ditakdirkan bermukim
Dalam rumbai keheranan yang agung.
Aku dan kekaguman adalah sepasang kekasih,
Letih termakan gairah, lepuh terlahap racun.
Aku datang dari balik debu yang degil
Untuk mencampurkan perak buihku
Dengan kilap emas pasirnya.
Kesedihan adalah aku karena menatap pagi
Telah membuatku sia-sia; aku menangis
Dan bukit-bukit tersenyum; aku merintih, sedang
Bunga-bunga menjaga kerampingan kuncupnya
Aku dan ketakutan ialah sekutu penjemput maut.
Ruang Seminar III STFD, 12/10/2016
HIKAYAT SEBILAH JANJI
Tak perlu puan membelah rembulan
Untuk menyimpan janji itu, bukan?
Atau kita harus belah dada tuhan Supaya kita menulis kembali janji itu, bukan? Sebagai sejarah di kedalaman masa
Sebagai ingatan dirawat waktu.
Scotus, Juli 2016
EPISTROPHE
Tuhan cuma memberi kita sedikit waktu
Sejak kita belajar berbuat muslihat pada si ular
Dan madu hutan ternikmat yang kita cecap kemarin
Telah dijual Tuhan kepada Cherub dan Seraph
Maka persiapkanlah gandum dan anggur terbaik
Untuk kembali membeli keagungan pada-Nya.
Scotus, Maret 2015
*Sdr. Yoan Udu, OFM adalah seorang Fransiskan Muda berasal dari Labuan Bajo OFM. Memiliki minat yang besar terhadap dunia kesusasteraan dan sering menulis (opini dan puisi) di sejumlah media. Saat ini sedang menjalani studi di STF Driyarkara, Jakarta semester 5. Sekaligus menjadi ketua Jurnal Filsafat Driyarkara.