top of page

Bersatu dengan Kristus ala Santa Klara dari Asissi*


Dalam satu bagian surat keempat Santa Klara kepada Santa Agnes dari Praha (salah seorang pengikut Santa Klara), ia mengatakan demikian:

"Perhatikanlah Dia yang menjadi terhina bagi anda dan ikutlah Dia dengan menjadi terhina di dunia karena Dia. Mempelai anda yang paling elok di antara anak-anak manusia menjadi orang paling hina di antara anak-anak manusia, dipukul dan dalam seluruh badan-Nya bertubi-tubi didera dan wafat tersesak di salib. Hai ratu yang paling mulia, hendaklah menatap, mengamati dan memandangi Dia sambil berhasrat menuruti-Nya[1]".


Santa Klara menasihati Agnes dari Praha (salah seorang pengikut Santa Klara) untuk “memperhatikan, mengikuti, menatap, mengamati, memandang dan berhasrat menuruti” Kristus yang menderita di salib. Untuk menyelamatkan manusia, Kristus menjadi terhina, dipukul, didera dan wafat. Kristus membuat diri-Nya menjadi terhina, menderita dan wafat di salib agar semua manusia diselamatkan. Untuk mencapai kesatuan dengan Kristus—oleh Santa Klara disebut sebagai mempelainya—Agnes harus memperhatikan Kristus, dan mengikuti Kristus yang terhina, dipukul, didera dan wafat di salib. Dengan kata lain jalan kesatuan dengan Kristus adalah dengan mengikuti-Nya menjadi terhina di dunia ini. Agnes harus mencintai Kristus juga dalam penderitaan-Nya[2].


Bagi Santa Klara, kesatuan dengan Kristus ditempuh dengan jalan memperhatikan dan mengikuti-Nya. Memperhatikan Kristus berarti sungguh-sungguh memandang Kristus, khususnya penderitaan Kristus yang dilakukan untuk menebus manusia[3]. Ia menawarkan secara bebas untuk ditanggapi. Agnes dengan bebas juga menanggapi panggilan Allah. Dengan demikian timbul suatu relasi resiprokal yang muncul dari “cinta kasih yang hangat”[4]. Relasi tersebut adalah suatu relasi yang saling memberi yang dimotivasi oleh cinta kasih. Agnes diundang untuk secara radikal mengikuti Kritus yang meninggalkan kemuliaan-Nya untuk membuat diri-Nya menjadi miskin (Flp 2: 6-11)[5]. Santa Klara menempatkan Kristus sebagai model kemiskinan tertinggi.


Bagi Santa Klara agar sungguh-sungguh mencapai kesatuan dengan Kristus, Agnes harus menatap, mengamati dan memandang Dia sambil berhasrat menuruti-Nya.

Menatap (intuere) berarti memperhatikan dengan hati dan jiwa pada seseorang dengan tujuan agar tersentuh. Ketika seseorang menatap ia tidak digerakkan oleh pikiran tetapi oleh hatinya. Menatap berarti untuk membangkitkan afeksi. Afeksi adalah penggerak paling dalam dari suatu tindakan. Setelah dimensi afeksi tersentuh seseorang secara jernih dituntun untuk mengetahui Kristus, dan dalam Dia, seseorang juga mengetahui dirinya sendiri[6]. Bagi Santa Klara, menatap salib Kristus berarti untuk melihat diri sendiri, yang lain dan dunia dengan suatu kedalaman, dengan pandangan yang tajam—untuk melihat kebenaran dari sesuatu dalam relasi mereka dengan Allah. Menatap Salib Kristus berarti menuju persahabatan dengan Kristus, mulai merasakan penderitaan-Nya dan dapat menderita bersama-Nya[7].


Mengamati (considera) berarti dengan penuh pertimbangan tetap hidup pada semua segi dari seseorang yang menjadi patokan. Dengan cara tersebut akan lahir kebanggaan pada cara hidup yang telah dipilih[8].


Memandang (contemplare) dalam pengalaman Santa Klara tidak terbatas pada menatap dalam kekaguman. Hal ini jelas dalam surat ketiga dan keempat, bahwa dia melihat perjalanan ini sebagai hidup dalam Dia, seperti hubungan kekasih dengan Dia. Memandang berarti tinggal dalam Dia dalam penderitaan-Nya dan dalam peristiwa gelap dari kematian-Nya.[9]


Menyerupai (imitare) berarti menjadi serupa dengan yang dicintai, suatu gambaran yang dihasilkan melalui suatu proses transformasi[10]. Menyerupai Yesus Kristus bukan bertanya “apa yang Yesus lakukan bagi saya? Tetapi “bagaimana Yesus tinggal dalam diri saya? Status kita sebagai manusia biasa dan sebagai anak Allah secara integral dihubungkan dengan pribadi Kristus. Kristus bukan hanya sebagai pribadi yang kita ikuti, tetapi pribadi dimana setiap orang menemukan keunikan makna dan keaslian mereka. Dengan menyerupai Kristus, Allah benar-benar hadir dalam hidup manusia dan di dunia ini[11].


Ketika merenungkan salib Kristus Santa Klara menemukan keutamaan yakni kerendahan hati, cinta kasih dan kemiskinan. Kemiskinan adalah gambaran sebagai seorang pribadi. Dua keutamaan lainnya (kerendahan hati dan cinta kasih) berhubungan dengan jejak kemiskinan. Bagi Santa Klara, kerendahan hati dan cinta kasih memberi terang pada penderitaan Kristus. Kerendahan hati yang besar dan cinta kasih yang hangat (ay. 7), dihubungkan dengan Yesus yang dihina dan didera (ay. 20), dan ini dihubungkan dengan misteri salib: cinta kasih dari penderitaan dan kemuliaan Kristus[12].

[1] C. Groenen, Santa Clara Assisi dan Hal-Ihwal Warisan Rohaninya, Sekafi, Jakarata, 1992, 113.

[2] J. Mueller, Clare of Assisi, The Letters to Agnes, Liturgical Press, Minnesota, 2003, 6-47

[3] E. A. Van den Goorbech—T.H. Zweeman, Light Shining Through A Veil. On Saint Clare Letters to Saint Agnes of Prague, diterjemahkan dari Clara van Assisi: Licht Vanuit de Verborgenheid, oleh A. Looman-Graaskamp—F. Teresa, Petters, Leuven 2000, 30-131.

[4] Dalam ayat 7, Santa Klara menulis: “Anda melamar kemiskinan yang tersuci dan dengan semangat kerendahan hati yang besar dan cinta kasih yang hangat anda menuruti jejak-jejak Dia yang dengan-Nya anda layak dipersatukan dalam pernikahan”. C. Groenen, Santa Clara Assisi dan Hal-Ihwal Warisan Rohaninya, 112.

[5] E. A. Van den Goorbech—T.H. Zweeman, Light Shining Through A Veil. On Saint Clare Letters to Saint Agnes of Prague, 129-131

[6] E. A. Van den Goorbech—T.H. Zweeman, Light Shining Through A Veil. On Saint Clare Letters to Saint Agnes of Prague, 239-240

[7] I. Delio, Franciscan Prayer, St. Anthony Messenger Press, Cincinnati, 2004, 67-68.

[8] E. A. Van den Goorbech—T.H. Zweeman, Light Shining Through A Veil. On Saint Clare Letters to Saint Agnes of Prague, 144-145.

[9] E. A. Van den Goorbech—T.H. Zweeman, Light Shining Through A Veil. On Saint Clare Letters to Saint Agnes of Prague, 246

[10] I. Delio, Franciscan Prayer, 68.

[11] I. Delio, Franciscan Prayer, 147-148.

[12] E. A. Van den Goorbech—T.H. Zweeman, Light Shining Through A Veil. On Saint Clare Letters to Saint Agnes of Prague, 116.

*Ditulis oleh Sdr. Herpin Hormat, OFM, saudara muda fransiskan sedang kuliah di STF Driyarkara Jakarta, tinggal di komunitas Duns Scotus, Kampung AMbon, Jakarta Timur. Tulisan ini adalah bagian dari skripsi S1 di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.

Featured Review
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Tag Cloud
No tags yet.
We Post For Sharing
bottom of page