top of page

Mempererat Persaudaraan di Pelabuhan Ratu


Sobattt….Menentukan tempat yang cocok untuk rekreasi bukan pekerjaan yang mudah sebab ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, misalnya ketersediaan biaya, model tempat, dsb. Tanpa melangkahi persyaratan-persyaratan tersebut, akhirnya Pelabuhan Ratu terpilih menjadi keputusan final tempat rekreasi tahun ini. Setelah melewati proses seleksi yang ketat, Pelabuhan Ratu tetap menjadi tempat yang pas untuk melepas segala kepenatan pikiran studi selama setahun. Sangat tepat bahwa tempat ini belum terlalu populer, sehingga waktu yang tepat bagi komunitas Scotus untuk mempromosikannya ke orang lain. Setelah sepakat memilih tempat rekreasi dibentuklah panitia sederhana. Dalam hal ini, sdr. Epa menjadi ketua penggerak utama kegiatan guna mempersiapkan segala hal yang diperlukan selama rekreasi termasuk meninjau lokasi rekreasi. Komunitas Scotus menyepakati durasi waktu rekreasi selama dua hari penuh tepatnya di Pantai Karang Taraje dan Loji. Pelabuhan Ratu tidak mudah terjangkau, karena itu diputuskan supaya berangkat lebih awal tanggal 15 Juni 2017 malam.

Yukk,,,, Mari kita mulai bercerita……

15 Juni 2017: Berangkat Menuju Pelabuhan Ratu

Namanya kebetulan yang indah, jam keberangkatan persis berbarengan dengan keramaian suasana pasar malam yang menambah panjang cerita kemeriahan rekreasi komunitas Scotus. Ternyata kemeriahan pasar malam memberikan kendala, bus yang akan kami tumpangi tidak bisa menjemput kami di tempat yang telah disepakati. Resikonya kami harus berjalan selama beberapa menit menuju Bus. Setelah semuanya telah siap berangkat, perjajalananpun dimulai dengan iringan doa. Walaupun berangkat tengah malam, raut-raut wajah saudara muda tetap menunjukan kecerahan yang tak terkira disatukan dengan tebaran makanan pelumas mulut serta minuman pengasah semangat. Para saudara dengan aneka cerita menambah hidupnya sang dewi malam di dalam bus. Tidak terasa, tepat seperti yang ditagetkan akhirnya kami tiba dengan selamat pada pukul tiga pagi di tempat penginapan kami dekat kapel di pelabuhan Ratu. Rasanya begitu lelah duduk di dalam bus selama beberapa jam. Otot, sendi, dan tulang-tulang terasa keram serasa dimangsa kecapaian. Setelah itu kami menempati kamar yang telah disediakan untuk beristirahat menampung tenaga.

16 Juni 2017: Pesona Air Terjun Ombak Di Pantai Karang Taraje, Banten

Nasi goreng lagi-lagi menjadi santapan persaudaraan di pagi hari sebelum bergegas ke Banten untuk menyusuri pantai (Rekreasi lintas Provinsi). Setelah sarapan pagi, kami berangkat menuju pantai. Terdapat kendala lagi, rupanya bus yang kami tumpangi dari Jakarta tak sanggup menantang medan penuh tantangan menuju pantai ini. Bayangkan saja jalan menuju tempat ini harus melalui aneka tikungan maut yang tak terhitung jumlahnya.

Dibutuhkan kendaran yang cakep guna menaklukan tikungan demi tikungan serta pengemudi yang tangguh menyelinap tikungan maut mengalahkan tikungan balapan formula satu….Jhahaha…. Memang medannya begitu sulit, harus melewati jalan turun dan naik gunung serta jalannya yang berliku-liku, tikungan yang curam. Kendaraan yang tepat adalah Damp Truck. Damp truck adalah satu-satunya kendaraan maksimal/minimal, tidak kurang/tidak lebih, cepat/tepat yang bisa ditumpangi oleh kami dengan jumlah yang banyak.

Perjalanan dimulai. Dalam perjalanan, rona wajah para saudara yang sangar tapi hatinya mawar bercampur cemas mengiringi lajunya mobil dump Truck di atas landasan tanjakan plus belokan ekstrim. Setelah kurang lebih satu jam dalam perjalanan, akhirnya kami tiba di Pantai yang direncanakan yaitu pantai Karang Taraje.

Kami memang tidak tiba persis di dekat pantai. Sebagaimana petunjuk, kami harus berjalan belasan kilo untuk bisa sampai pada keindahan pantai yang kami tuju. Kami harus melewati perumahan warga sekitar pemilik pantai. Kelelahannya menjadi berlipat ganda, capek berdiri di mobil dan cape jalan kaki belasan kilo. Kelelahan dan kecapaian itu pada akhirnya dibayar dengan panorama kecantikan pantai Karang Taraje. Pantai Karang Taraje sudah selalu menyajikan pesona alam yang menakjubkan. Di pesisir selatan Banten ini, pengunjung akan dimanjakan oleh pemandangan ombak menghantam tembok karang yang membentuk air terjun. Tak aneh, Pantai Karang Taraje menjadi lokasi beraktivitas fotografi yang membuat betah. Soal keindahan, Pantai Karang Taraje tidak kalah gaung dengan Pantai Sawarna. Hempasan ombak menjadi daya tarik utama. Ombak pantai selatan yang tinggi cocok dengan lokasi di Pantai Karang Taraje yang dipenuhi karang. Pengunjung akan terlindungi dari hempasan ombak yang tinggi, dan pasti memanjakan mata.

Sebelum menikmati keelokan pantai, kami beristirahat sejenak sembari mencari tempat teduh untuk santap siang. Memang keindahannya cukup menghipnotis sampai-sampai kami lupa bahwa hari sudah siang dan waktunya untuk makan siang. Setelah makan siang kamipun mulai mengagumi pantai yang asri dan masih sangat perawan. Perlahan kami menyusuri setiap lorong-lorong keindahan pantai termasuk berswafoto. Namun ada yang lebih mengejutkan kami bahwa bukan hanya keasrian udara dan pohon-pohon kelapa yang tumbuh di bibir pantai, masih ada kejutan lain yaitu deretan batu karang rapih memanjang indah permai laksana pahatan alami sejak lama. Di deretan karang tersebut kami melihat ombak yang pecah menghantam karang dan kembali turun sehingga menyerupai air terjun mini. Atraksi air terjun mini itu lah yang sangat ditunggu oleh para pengunjung. Sebelumnya kita melewati karang-karang kecil dan hamparan luas batu karang dan tidak beberapa lama kita akan melihat bagaimana barisan karang yang menyerupai tembok besar dan benteng. Setiap momentpun kami selalu abdikan. Maklumlah Broww, generasi milenial yang masih memiliki sejuta kreasi. Sdr. Rio Cs sebagai fotografer andalan Scotus kebanjiran tawaran untuk mengambil gambar setiap moment.

Bersantai sambil melepas pandang jauh ke arah lautan, ke arah karang-karang yang gagah berdiri menahan terjangan ombak, dengan suara ombak yang menggetarkan, membuat pengunjung tahan berlama-lama. Bermain air di kolam karang juga menjadi kegiatan piknik menjadi menyenangkan. Tapi, tentu harus hati-hati dengan karang-karang yang licin, dan disarankan tidak pergi ke arah ombak terlalu dekat. Sekali lagi, tidak hanya batu karangnya yang indah melainkan deburan ombak yang memanjakan mata untuk tetap menatapnya tanpa berkedip. Kamipun sangat mengagumi keindahan alaminya dari kejauhan.

Lama kelamaan melamun dalam ketakjuban, rasanya tidak cukup kalau hanya mengag-umi keindahan deburan ombak menghantam deretan karang bringas dan sangar. “Sejatinya kita harus mengaguminya dari dekat keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini”, kata Sdr, Fidelis. Oleh karena itu kami mulai menikmati jamahan ombak mengelus tubuh secara dekat. Satu persatu para saudara mulai hadir untuk sekedar mengabdikan moment langka ini yang dimulai oleh sdr. Purnomo. Tidak ketinggalan Rio Cs selalu diminta untuk mengabdikan moment. Para saudara yang lain tidak mau kalah. Satu persatu para sudara mulai mendekati dan merasakan tempiasan gelombang tersebut. Tempiasan gelombang menghantam deretan karang memang cukup besar dan deras. Terdapat ide supaya moment gelombang yang dasyat nan indah itu diabdikan secara bersama. Gelombang yang indah memang langkah karena harus menunggu dalam ketidakpastiaan kapan ombak indah menampakan dirinya. Indahnya terletah pada tempiasan ombak.

Para saudara begitu menikmati deburan gelombang dari batu karang itu. Namun sungguh di luar pikiran dan akal sehat tempiasan gelombang yang sangat dasyat berhasil meluluhlantakkan kebersamaan para saudara saat berfoto bersama. Rupanya gelombang ingin memberikan secerca kenangan bagi kami sekalian melalui aksinya yang tanpa permisi. Akibat kejutan gelombang tersebut, masing-masing para saudara terlempar entah ke mana. Bukan hanya terlempar kemana-mana, hamparan ombak sukses memberi materai cinta pada sekujur tubuh para saudara dengan mengalami gesekan antara tubuh dengan batu karang yang tajam (Wahhh,,Pasti sakit sekali tu…..). Beberapa saudara mengalami luka di beberapa bagian tubuh karena gesekan sederhana ini. Banyak mengeluh kesakitan, namun siapa yang harus dipersalahkan ????. Lantas Sdr. Fendy berujar dalam hati, “Ya, Bapa biarkanlah piala ini berlalu daripadaku, namun bukan kehendakku, melainkan kehendakmulah yang terjadi”. Sdr. Fendy paling jelas mengalami gesekan dengan batu karang. Rupanya kejutan ini indah tapi menyakitkan. Oh alam andai engkau tahu betapa sakitnya tempisan gelombangmu. Tempiasan gelombang berhasil menghilangkan aksi-aksi foto para saudara bersama gelombang. Masing-masing saudara yang mengalami kecelakanan beberapa detik ini langsung mencari tempat masing-masing untuk meratap perih, merintih kesakitan, lalu merenung dalam kepedihan…. Jhahaha.

“Memang tuan datang pada saat yang tidak kita duga”, kata kitab Suci. Dengan kejadian ini, berakhirlah kehebohan para saudara untuk merasakan deburan ombak yang indah yang memanjakan badan. Selain meratap, masing-masing berefleksi sejenak tentang sakitnya bersentuhan dengan batu karang, saudara lain yang tidak merasakan kejadian tersebut hanya bisa ketawa. Sejenak terdiam. Kejadian ini juga adalah akhir dari seso foto bersama gelombang yang dasyat itu. Setelah itu masing-masing para saudara melaksanakan aktifitasnya hingga sore hari. Setelah sang mentari hendak ke peraduanya, kami pun segera bergegas pulang membawa pengalaman unik kami masing-masing. Sangat capek dan melelahkan.

Pada malam harinya, dilanjutkan dengan rekreasi bersama yang digawangi oleh sdr,. Wahyu. Rekreasi malam itu seolah pendorong rasa capek kami seharian di Pantai Karang Taraje. Kami dengan leluasa bahkan kewalahan menikmati makanan yang sangat lezat ala Pelabuhan Ratu. Kami bebas berekspresi menunjukan keaslian kami dalam hal menyantap makanan. Tidak hanya makan, kami juga melaksanakan kegiatan bakar-bakar ikan dan minum-minum. Acara malam semakin semarak dengan bantuan karyawan yang tinggak di tempat penginapan kami. Setelah rekreasi, diberikan kesempatan kepada kami untuk berjalan-jalan di pantai persis di depan tempat penginanapan kami. Setelah itu istirahat menyongsong hari berikutnya.

17 Juni 2017: Loji: Tempat Wisata yang Tidak Kesampaian

Pada hari yang ketiga sebagaimana dalam agenda rekreasi, kami menuju Pantai Loji. Pantai ini bisa menjadi salah satu tujuan berwisata untuk menikmati suasana pantai yang masih alami dan tidak terlalu ramai. Tipikal pantainya yang berbatu dan tidak berpasir mungkin menjadi salah satu alasan kenapa jarang wisatawan yang ke sini. Jika ditelusuri, jalanan menuju pantai Loji, akan memperlihatkan cerobong PLTU Palabuhan Ratu yang berdiri kokoh di seberang pantai. Cerobong yang berwarna kombinasi merah-putih tersebut terasa serasi dilihat, berpadu dengan birunya langit dan air, atau hijaunya persawahan. Cerobong tersebut menjadi icon atau landmark tersendiri di lokasi area pantai ini.

Setibanya di pesisir Pantai Loji pengunjung disuguhkan pemandangan indah pantai Selatan seakan lautan lepas kabupaten Sukabumi ini menyapa kedatangan para pengunjung. Pantai Loji juga ber-dekatan dengan Pantai Cipunanga. Jika anda telusuri sepajang pantai ini anda akan menemui banyak karang-karang, mulai dari karang yang paling kecil sampai karang yang besar, masyarakat setempat menyebutnya dengan julukan karang perahu, karang merah, dan karang bolong.

Selain pantai, Anda akan menemui sebuah Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu sa yang berada di atas bukit di pinggir pantainya. Ini adalah salah satu vihara yang menyajikan tempat peribadatan yang terlengkap di Indonesia, dan tempat peribadatan bagi umat Buddha Thailand. Bila kita berhasil menaiki 300 anak buah yang ada di Wihara Loji, kita akan disuguhi pemandangan alam yang luar biasa khususnya lautan luas yang terletak di Samudra Hindia.

Ketika Anda memulai satu tangga pada satu waktu, maka Anda akan segera menemukan altar baru dewi Bumi dibangun pada bulan November 2009 oleh donatur. Kemudian Anda juga akan menemukan Buddha Julaihut, diikuti oleh Dewi utama Kwan Im Pu Sa Dengan. Namun ia Buddha Empat Seni (Empat Wajah Buddha / Mien TO) ketika Anda sampai ke tingkat atas.

Supaya tidak memperpanjang cerita, ternyata kami tidak bisa sampai ke tempat ini. Sayang seribu sayang, jalan menuju Loji sementara diperbaiki dan kendaraan apapun tidak bisa lewat… Sialllll….. Apa yang tertera dalam rencana itulah yang harus dilaksanakan. Mau tidak mau karena tidak bisa lewat terpaksa kami langsung bergegas pulang. Agenda ini batal dan mimpi untuk sampai ke sana sirnah pada waktu itu. Demikianlah cerita tentang wihara dari berbagai sumber. Anggaplah ini sebagai cerita sebagai pengganti gambaran cerita kami kalau jadi sampai ke Loji.

Singkat kata terpaksa kami langsung bergegas pulang ke Jakarta. Namun di luar rangkaian acara, ide dari saudara Purnomo untuk singgah di Cicurug membuat kami tergugah untuk mencoba melihat kembali sejarah saudara-saudara awal yang menekuni cara hidup Fransiskan di biara Cicurug. Tiba di Cicurug kami menyempatkan beberapa menit untuk mencoba melihat bangunan tua yang rapuh. Kami masuk ke halaman gereja paroki untuk memastikan apakah kami bisa mauk untuk melihat rumah bekas biara Fransiskan.

Ternyata pemiliknya juga sedang beraktifitas ke luar negeri sehingga kami tidak bisa melihat kondisi biara ini lebih dekat. Penjaganya mengatakan bahwa kalau diinfornmasikan lebih awal bahwa akan ada kunjungan ke tempat bekas biara, pasti bisa diusahakan supaya kami bisa masuk ke tempat ini. Tapi tidak apa-apa yang terpenting tatapan kami dari luar mampu menembus sekat-sekat tembok yang rapuh itu sehingga kami bisa melihat bagaimana kondisi terkini di dalam bekas biara lama itu.

Tidak lama setelah mengunjungi biara lama, setelah itu kami langsung bergegas pulang. Makan siang dilakukan di Rest area dengan menu makanan yang beraneka sesuai kesukaan setiap saudara. Perjalanan berlangsung lancar tanpa macet hingga tiba di Biara tercinta Dun Scotus dengan selamat… Sekian saja ceritanya sobattt….


Featured Review
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Tag Cloud
No tags yet.
We Post For Sharing
bottom of page